Showing posts with label Legenda. Show all posts
Showing posts with label Legenda. Show all posts

June 02, 2014

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Kabuki

Sejarah

Sejarah kabuki dimulai tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernamaOkuni di kuil Kitano Temmangu, Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuilIzumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni yang benar tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh ("kabukimono"), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde). Panggung yang dipakai waktu itu adalah panggung Noh.Hanamichi (honhanamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari Hashigakari(jalan keluar-masuk aktor Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).
Kesenian garda depan yang dibawakan Okuni mendadak sangat populer, sehingga bermunculan banyak sekali kelompok pertunjukan kabuki imitasi. Pertunjukan kabuki yang digelar sekelompokwanita penghibur disebut Onna-kabuki (kabuki wanita), sedangkan kabuki yang dibawakan remaja laki-laki disebut Wakashu-kabuki (kabuki remaja laki-laki). Keshogunan Tokugawa menilai pertunjukan kabuki yang dilakukan kelompok wanita penghibur sudah melanggar batas moral, sehingga di tahun 1629 kabuki wanita penghibur dilarang dipentaskan. Pertunjukan kabuki laki-laki daun muda juga dilarang pada tahun 1652 karena merupakan bentuk pelacuran terselubung. Pertunjukan Yarō kabuki (野郎歌舞伎 kabuki pria?) yang dibawakan seluruhnya oleh pria dewasa diciptakan sebagai reaksi atas dilarangnya Onna-kabuki dan Wakashu-kabuki. Aktor kabuki yang seluruhnya terdiri dari pria dewasa yang juga memainkan peran sebagai wanita melahirkan "konsep baru" dalam dunia estetika. Kesenian Yarō kabuki terus berkembang di zaman Edo dan berlanjut hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (kabuki tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara). Kabuki-odori dipertunjukkan dari masa kabuki masih dibawakan Okuni hingga di masa kepopuleran Wakashu-kabuki, remaja laki-laki menari diiringi lagu yang sedang populer dan konon ada yang disertai dengan akrobat. Selain itu, Kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan.
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditujukan untuk penduduk kota di zaman Edo dan berintikan sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo mewajibkan kelompok kabuki untuk "habis-habisan meniru kyōgen" merupakan salah satu sebab kabuki berubah menjadi pertunjukan sandiwara. Alasannya kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama merupakan pelacuran terselubung dan pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, cerita kehidupan sehari-hari atau kisah peristiwa kejahatan, sehingga kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen. Kelompok kabuki melakukan apa saja demi memuaskan minat rakyat yang haus hiburan. Kepopuleran kabuki menyebabkan kelompok kabuki bisa memiliki gedung teater khusus kabuki seperti Kabuki-za. Pertunjukan kabuki di gedung khusus memungkinkan pementasan berbagai cerita yang dulunya tidak mungkin dipentaskan.
Di gedung kabuki, cerita yang memerlukan penjelasan tentang berjalannya waktu ditandai dengan pergeseran layar sewaktu terjadi pergantian adegan. Selain itu, di gedung kabuki bisa dibangun bagian panggung bernama hanamichi yang berada melewati di sisi kiri deretan kursi penonton. Hanamichi dilewati aktor kabuki sewaktu muncul dan keluar dari panggung, sehingga dapat menampilan dimensi kedalaman. Kabuki juga berkembang sebagai pertunjukan tiga dimensi dengan berbagai teknik, seperti teknik Séri (bagian panggung yang bisa naik-turun yang memungkinkan aktor muncul perlahan-lahan dari bawah panggung), dan Chūzuri (teknik menggantung aktor dari langit-langit atas panggung untuk menambah dimensi pergerakan ke atas dan ke bawah seperti adegan hantu terbang).
Sampai pertengahan zaman Edo, Kabuki-kyogen kreasi baru banyak diciptakan di daerah Kamigata. Kabuki-kyogen banyak mengambil unsur cerita Ningyo Jōruri yang khas daerah Kamigata. Penulis kabuki asal Edo tidak cuma diam melihat perkembangan pesat kabuki di Kamigata. Tsuruya Namboku banyak menghasilkan banyak karya kreasi baru sekitar zaman zaman Bunka hinggazaman Bunsei. Penulis sandiwara kabuki Kawatake Mokuami juga baru menghasilkan karya-karya barunya di akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji. Sebagai hasilnya, Edo makin berperan sebagai kota budaya dibandingkan Kamigata mulai paruh kedua zaman Edo. Di zaman Edo, Kabuki-kyogen juga disebut sebagai sandiwara (shibai).

Unsur teatrikal Kabuki-kyōgen

Lukisan aktor kabuki di abad ke-18
Secara garis besar ada 2 jenis pertunjukan Kabuki-kyogen dari semua karya yang dihasilkan di zaman Edo dan sekarang masih dipentaskan. Kelompok pertama Kabuki-kyogen disebut Maruhon mono yang mengadaptasi sebagian besar cerita dari cerita Ningyo Jōruri (Bunraku). Kelompok kedua disebut Kabuki kreasi baru. Kabuki Maruhon mono juga dikenal sebagai Gidayu-kyōgen, tapi Gidayu-kyōgen tidak selalu sama dengan Maruhon mono. Pada Gidayu-kyōgen, aktor kabuki membawakan dialog sementara dari atas mawaributai (panggung yang bisa berputar, dari arah penonton terletak di sisi kanan panggung) penyanyi yang disebut Tayu bernyanyi sambil diiringi pemain shamisen yang memainkan musik Gidayu-bushi. Pada Ningyo Jōruri yang semua penjelasan cerita dan dialog dinyanyikan oleh Tayu. Pada kabuki kreasi baru, musik pengiring dimainkan dari Geza (tempat atau ruang untuk pemusik yang dari arah penonton terletak di sisi kiri panggung).
Cerita kabuki yang berasal dari didramatisasi kisah sejarah disebut Jidaimono. Cerita kabuki dengan kisah berlatar belakang kehidupan masyarakat disebut Sewamono. Selain itu, penulis cerita kabuki juga senang menggunakan istilah sekai (dunia) sebagai kerangka dasar cerita, misalnya karya kabuki berjudul Taiheiki no sekai (太平記の世界 Dunia Taiheiki?), Heike monogatari no sekai (平家物語の世界 Dunia Kisah klan Heike?), Sogamono no sekai (曾我物の世界 Dunia Sogamono?), atau Sumidagawamono no sekai (隅田川物の世界 Dunia Sumidagawamono?). Penonton biasanya sudah tahu jalan cerita dan akrab dengan tokoh-tokoh yang tampil dalam cerita. Penonton hanya ingin menikmati jalan cerita seperti yang dikisahkan penulis cerita kabuki.
Di zaman Edo, pementasan Kabuki-kyogen perlu mendapat izin dari instansi yang berwenang. Keshogunan Edo biasanya mengizinkan sebagian besar pementasan yang diadakan sejak matahari terbit hingga sebelum matahari terbenam asalkan materi pementasan tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Pementasan yang dilakukan malam hari sesudah matahari terbenam tidak diizinkan. Alasannya pertunjukan kabuki banyak diminati orang dan pemerintah kuatir kerumunan orang dapat melakukan kegiatan melawan pemerintah. Pertunjukan kabuki pada masa itu memerlukan waktu istirahat yang lama, antara lain untuk mengganti set panggung. Bagi penonton yang datang menyaksikan kabuki, menonton kabuki perlu sehari penuh dan merupakan satu-satunya kegiatan yang bisa dilakukan pada hari itu.
Sebagian penonton menyukai Jidaimono sedangkan sebagian lagi menyukai Sewamono, sehingga kabuki dalam pementasannya dituntut untuk bisa memuaskan selera semua kalangan penonton. Dalam usaha memuaskan selera penonton, pada pementasan kabuki sering dipertunjukkan dua cerita sekaligus, Jidaimono dan Sewamono yang dipisahkan dengan waktu istirahat. Pementasan dengan jalan cerita yang campur aduk juga tidak sedikit asalkan penonton senang. Ada juga pementasan yang bagaikan bunga rampai dari berbagai cerita dan hanya mengambil bagian-bagian cerita yang disukai penonton saja. Pertunjukan seperti ini disebut Midori-kyōgen (konon berasal dari kata Yoridori midori yang dalam bahasa Jepang berarti serbaneka atau aneka ragam). Sebaliknya kyogen yang mementaskan keseluruhan cerita secara lengkap disebut Tōshi-kyōgen.

Musik kabuki

Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut Gidayūbushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebutDebayashi.

Judul

Judul pertunjukan kabuki disebut Gedai (外題 ?) yang kemungkinan besar berasal dari kata Geidai(芸題 nama pertunjukan?). Judul pertunjukan (gedai) biasanya ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil, misalnya pertunjukan berjudul Musume dōjōji (娘道成寺 ?) (4 aksara kanji) harus ditambah dengan Kyōkanoko (京鹿子 ?) (3 aksara kanji) menjadi 京鹿子娘道成寺 (Kyōkanoko musume dōjōji?), supaya bisa menjadi judul yang terdiri dari 7 aksara kanji. Selain judul pertunjukan yang resmi, pertunjukan kabuki sering memiliki judul alias dan keduanya dianggap sebagai judul yang resmi. Pertunjukan berjudul resmi Miyakodori nagare no siranami (都鳥廓白波 ?) dikenal dengan judul lain Shinobu no Sōda (忍ぶの惣太 ?). Pertunjukan berjudul Hachiman matsuri yomiya no nigiwai (八幡祭小望月賑 ?) juga dikenal sebagai Chijimiya Shinsuke (縮屋新助 ?). Judul pertunjukan yang harus ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil menyebabkan judul sering ditulis dengan cara penulisanateji, akibatnya orang sering mendapat kesulitan membaca judul pertunjukan kabuki.

Istilah bahasa Jepang asal kabuki

Beberapa di antara istilah kabuki diserap ke dalam perbendaharaan kata bahasa Jepang, misalnya:
  • Sashigane
Di atas panggung bila perlu adegan yang melibatkan aktor kabuki mengejar kupu-kupu atau burung, pembantu yang disebut Kōken (asisten di panggung yang sering berpakaian hitam) memegangi tongkat panjang yang diujungnya terdapat kupu-kupu atau burung yang disebut Sashigane. Dalam bahasa Jepang, istilah "sashigane" digunakan dalam konotasi negatif "orang yang mengendalikan".
  • Kuromaku
Di panggung pertunjukan kabuki, malam dinyatakan dengan tirai (maku) berwarna hitam (kuro). Dalam bahasa Jepang, dalam istilah "sekai no kuromaku" (dunia tirai hitam) kata "kuro" (hitam) berubah arti menjadi "jahat". Dalam bahasa Jepang "kuromaku" berarti "dalang" seperti dalam arti "dalang kejahatan".

Sejarah kabuki sejak zaman Meiji

Kepopuleran kabuki tetap tidak tergoyahkan sejak zaman Meiji, tapi sering menerima kritik. Di antaranya kalangan intelektual menganggap isi cerita kabuki tidak sesuai untuk dipertunjukkan di negara orang beradab. Kalangan di dalam dan luar lingkungan kabuki juga menuntut pembaruan di dalam kabuki, sehingga mau tidak mau dunia showbiz kabuki harus diubah sesuai tuntutan zaman. Kritik terhadap kabuki mengatakan banyak unsur dalam kabuki yang sebenarnya tidak pantas dimasukkan ke dalam drama kabuki, misalnya: alur cerita yang tidak masuk akal, tema cerita yang kuno atau berbau feodal, dan trik panggung yang sekadar untuk membuat penonton takjub, seperti adegan aktor bisa "terbang" atau berganti kostum dalam sekejap.
Akibat kritik yang diterima, dunia showbiz kabuki sejak zaman Meiji berusaha mengadakan gerakan pembaruan dalam berbagai aspek teater kabuki. Gerakan pembaruan yang disebut Engeki Kairyō Undō juga melibatkan pemerintah Meiji yang memang bermaksud mengontrol pertunjukan kabuki. Pemerintah Meiji bercita-cita menciptakan pertunjukan teater yang pantas dan bisa dinikmati kalangan menengah dan kalangan atas suatu "masyarakat yang bermoral". Salah satu hasil gerakan pembaruan kabuki adalah dibukanya gedung Kabuki-za sebagai tempat pementasan kabuki. Selain itu, pembaruan juga melahirkan genre baru teater kabuki yang disebut Shimpa.
Karya kabuki yang diciptakan di tengah gerakan pembaruan disebut Shin-kabuki, dengan karya-karya baru banyak bermunculan hingga di awal zaman Showa. Penggemar kabuki biasanya tidak menyukai sebagian besar karya kabuki yang mendapat pengaruh gerakan pembaruan dan dipentaskan sebagai Shin-kabuki. Penggemar Shin-kabuki cuma penulis terkenal seperti Tsubouchi ShoyoOsanai Kaoru, dan Okamoto Kido yang begita suka hingga menulis naskah baru untuk kabuki. Sampai sekarang, karya-karya yang tergolong ke dalam Shin-kabuki yang tidak disukai penggemar hampir tidak pernah dipentaskan.
Setelah Perang Dunia II, orang Jepang akhirnya mulai menyadari pentingnya bentuk kesenian kabuki yang asli. Di tahun 1965, pemerintah Jepang menunjuk kabuki sebagai warisan agung budaya nonbendawi dan pemerintah membangun Teater Nasional Jepang di Tokyo yang di antaranya digunakan untuk pentas kabuki.
Selain itu, Ichikawa Ennosuke III berusaha menghidupkan kembali naskah-naskah kabuki lama yang sudah jarang dipentaskan. Naskah kabuki yang jarang dipentaskan dan dihidupkan kembali oleh Ichikawa Ennosuke III dikenal sebagai Fukkatsu-kyōgen (kyogen yang dihidupkan kembali). Kabuki yang dipentaskan Ichikawa Ennosuke III disebut Supa-kabuki (kabuki super), karena Ennosuke mencoba teknik pementasan lebih berani dengan menghidupkan kembali trik panggung (kérén) yang dulunya pernah dianggap selera rendah oleh banyak orang. Belakangan ini, pertunjukan kabuki juga sering menampilkan dramawan dan sutradara teater di luar lingkungan kabuki sebagai sutradara tamu.
Pementasan kabuki di zaman sekarang sudah sangat berbeda dengan pementasan kabuki di zaman Edo. Kelompok kabuki berusaha memodernisasi pertunjukan sekaligus memelihara tradisi pementasan. Kabuki sekarang sudah dianggap sebagai seni pertunjukan tradisional yang sesuai dengan kemajuan zaman.

Asosiasi

Organisasi Pelestarian Kabuki Tradisional (Dentō Kabuki Hōzonkai) beranggotakan tokoh-tokoh dari dari dunia kabuki. Pemerintah Jepang menunjuk organisasi sebagai pelestari Karya Agung Warisan Budaya Oral serta Nonbendawi Manusia kabuki sejak tahun 1965. Pada bulan Januari 2006, organisasi beranggotakan 169 orang.

March 12, 2014

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Wanita Salju

Mengingat Akan adanya respon positif Dari para Pembaca Sekalian terkait di masa mendatang Mengingat akan respon positif dari para pembaca sekalian terkait cerita Kisah Putri Kaguya, maka saya akan menyampaikan cerita rakyat yang juga merupakan kisah mendebarkan dan pasti dapat menjadi bacaan yang menarikk!!!,serta memiliki pesan moral yang positif...
inilah ceritanya...
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah Wanita Salju.
“Alkisah di sebuah desa, tinggalah dua orang pemuda bernama Mosaku dan Minokichi. Mosaku adalah seorang pria yang saat ini berumur 36 tahun dan Minokichi adalah pemuda yang baru berumur 18 tahun. Kedua pemuda ini bekerja menebang pohon di kaki gunung dan kemudian menjualnya kembali untuk menyambung hidup.
Setiap harinya Minokichi dan Mosaku selalu pergi bersama-sama mendaki gunung untuk mencari kayu. Untuk bisa mencapai gunung, mereka harus melalui sebuah sungai yang besar. Beruntung bahwa dipinggir sungai ada seorang tukang kapal yang biasanya membantu orang untuk menyebrang sungai, maka dari itu setiap harinya mereka berdua selalu menggunakan jasa si tukang kapal ketika hendak pergi dan turun gunung.
Pada suatu hari yang dingin turunlah salju. Pada hari itupun sejak pagi hari Minokichi dan Mosaku tetap pergi ke gunung untuk mengambil kayu di hutan. Ketika langit kemudian menjadi semakin gelap, mereka berdua kemudian memutuskan untuk menghentikan pekerjaan mereka dan bergegas pulang ke rumah.
Mereka berdua dengan cepat berjalan menuruni gunung ditengah badai salju yang semakin lama semakin kencang. Karena begitu lebatnya salju yang turun, dengan cepat seluruh permukaan tanah telah seluruhnya tertutupi oleh salju. Ketika mereka berdua telah mencapai tepian sungai, mereka begitu kaget karena tidak mendapati kapal yang biasanya ada di tepian sungai.
Mereka berdua kemudian berinisiatif untuk mencari si tukang kapal di gubuk dekat sungai. Mereka bergegas menuju gubuk tersebut, namun sayang bahwa mereka tidak mendapati si tukang kapal berada disana. Mereka berdua berpikir bahwa si tukang kapal menghentikan pekerjaannya setelah melihat kondisi cuaca yang semakin lama semakin memburuk.
Ditengah badai salju yang semakin kencang, kondisi udara yang semakin dingin, mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka berdua tidak punya pilihan lain selain menunggu esok hari untuk pulang. Mereka berdua kemudian bermalam di gubuk tersebut. Gubuk tersebut sangatlah kecil, tidak memiliki jendela, dan hanya mempunyai satu pintu masuk.
Pada saat itu, Mosaku dengan cepat langsung terlelap. Akan tetapi Minokichi pada saat itu tidak bisa tertidur sama sekali. Udara semakin lama semakin bertambah dingin. Minokichi yang saat itu tidak bisa tidur menjadi menggigil kedinginan dan merasa ketakutan. Namun karena kemudian merasa kelelahan, Minokichi pun akhirnya tertidur. Entah berapa lama tertidur saat itu, tiba-tiba saja Minokichi terbangun. Ketika terbangun dan merasakan kedinginan, Minokichi melihat bahwa pintu di gubuk telah terbuka dan angin meniup salju masuk ke dalam gubuk.
Minokichi hanya bergumam saja saat itu. Siapakah yang sudah membuka pintu gubuk tersebut. Ketika mengalihkan pandangannya ke sekeliling gubuk, Minokichi yang tetap berbaring saat itu melihat bahwa ada seseorang yang mengenakan kimono putih dan berambut panjang berada diatas tubuh Mosaku. Melihat keadaan saat itu Minokichi ingin bersuara dan menanyakan apa yang sedang diperbuat oleh wanita tersebut. Namun seolah-olah kekuatan mistis dari sang wanita tersebut, tubuh Minokichi tidak dapat digerakkan sama sekali dan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
Dengan perlahan-lahan “Wanita Salju” tersebut mendekatkan wajahnya ke wajah Mosaku. Kemudian “Wanita Salju” tersebut menghembuskan nafas dan keluarlah semacam awan putih yang kemudian menutupi seluruh wajah Mosaku. Tak lama kemudian dari dalam mulut “Wanita Salju” tersebut keluar semacam benang mirip sarang laba-laba. Pada saat itu pula tiba-tiba saja cahaya berkilauan keluar dari tubuh Mosaku.
Wanita salju mengambil nyawa
“Wanita Salju” tersebut meninggalkan Mosaku dan kemudian mendekati Minokichi. Bermaksud untuk melakukan hal yang sama, wanita tersebut kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Minokichi. Mendapat perlakuan seperti itu, Minokichi ingin berteriak kencang. Namun kondisi dirinya tidak bisa bergerak ataupun mengeluarkan suara sedikitpun.
Minokichi yang merasa sangat ketakutan karena wanita tersebut memandang wajah Minokichi dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya wanita cantik bermata dingin tersebut berucap bahwa Minokichi masih terlalu muda. “Wanita Salju” itu kemudian mengurungkan niatnya dan berpesan kepada Minokichi supaya jangan menceritakan kepada siapapun kejadian yang sudah dilihatnya malam. Jika sampai Minokichi menceritakan kejadian malam itu, dia nantinya akan langsung mati. Wanita itu kemudian meninggalkan Minokichi dan pergi menghilang.
Sesaat setelah wanita itu menghilang, tubuh Minokichi kembali dapat digerakkan. Minokichi bangkit untuk mengejar wanita tersebut. Namun dia tak melihat siapa-siapa diluar. Minokichi pun menutup pintu dan kembali tidur karena berpikir bahwa kejadian itu mungkin hanyalah mimpi atau khayalan.
Keesokan paginya tukang kapal menghampiri gubuk tempat Mosaku dan Minokichi berada. Tukang kapal berusaha membangunkan Mosaku dan Minokichi pada saat itu. Minokichi segera terbangun saat itu. Namun sayang, Mosaku sudah meninggal. Pada saat itu Minokichi langsung teringat akan kejadian semalam. Namun karena ancaman dari “Wanita Salju” membuatnya mengurungkan niat menceritakan hal ini kepada si tukang kapal.
Semenjak kejadian itu Minokichi tidak bekerja dalam waktu yang lama. Selang kira-kira sebulan dan kembali sehat Minokichi kembali melakukan rutinitas seperti biasa. Namun kematian Mosaku membuat Minokichi kini hanya seorang diri mengerjakan pekerjaan menebang kayu di gunung.
Tahun demi tahun telah berlalu, ingatan akan “Wanita Salju” semakin lama semakin hilang dari pikirannya. Hingga pada suatu hari di musim salju setelah pulang menebang kayu, Minokichi melihat seorang gadis berjalan pulang seorang diri. Melihat hal itu Minokichi mendekati wanita tersebut dan mengajaknya berkenalan. Wanita tersebut bernama Oyuki (FYI: Yuki dalam bahasa Jepang berarti salju)
Singkat cerita hubungan Minokichi dan Oyuki semakin akrab. Minokichi jatuh cinta kepada Oyuki yang pada saat itu masih sangat muda dan sangat cantik. Hingga mereka pun akhirnya menikah. Setelah menikah mereka pun hidup bahagia bersama.
8 tahun berlalu semenjak Oyuki dan Minokichi menikah. Selama waktu itu pula, mereka telah dikaruniai 10 orang anak. Dan semakin lama anak-anak Oyuki dan Minokichi bertumbuh semakin besar. Minokichi pun semakin lama terlihat semakin tua. Namun berbeda dengan Oyuki yang setiap tahun wajahnya tidak pernah berubah dan tetap cantik. Hingga penduduk sekitar mengatakan bahwa kecantikan Oyuki adalah sebuah keajaiban.
Pada suatu malam dimusim dingin, disaat anak-anak sudah lelap tertidur, Minokichi dan Oyuki pun duduk berdua di dekat perapian. Oyuki yang mengenakan kimono putih saat itu tiba-tiba saja mengingatkan Minokichi akan kejadian pada saat dirinya berumur 18 tahun. Mereka berdua pun terlibat dalam sebuah percakapan.
“Melihat wajahmu yang cantik dan juga memiliki kulit yang putih mengingatkanku akan kejadian saat aku berumur 18 tahun. Aku berjumpa dengan seorang wanita yang benar-benar mirip sekali denganmu.” begitu ucap Minokichi.
Oyuki yang saat itu sedang menjahit tiba-tiba saja menjadi marah dan murka kepada Minokichi seolah-olah cemburu. Dengan nada yang keras ia menanyakan siapakah wanita yang dimaksudkan oleh Minokichi tersebut.
“Ceritakan kepada saya siapakah wanita tersebut? Dimana kalian bertemu?” jawab Oyuki dengan suara keras.
Minokichi yang mendengar hal itu menjadi agak ketakutan dan kemudian menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya di gubuk bersama Mosaku pada saat itu.
“Ketika itu saya melihat seorang wanita cantik berkulit putih dan cantik seperti dirimu. Namun wanita tersebut sangatlah menakutkan. Saya sendiri tidak yakin itu mimpi atau bukan, tetapi wajahnya mirip sekali denganmu” cerita Minokichi saat itu.
Mendengar cerita dari Minokichi, seketika itu pula wajah Oyuki kemudian berubah menjadi “Wanita Salju” yang menakutkan.
“Wanita itu adalah saya…. saya…” teriak Oyuki dengan nada yang sangat menakutkan.
Minokichi langsung kaget dan kemudian menjadi sangat ketakutan. Melihat wajah Oyuki yang berubah menjadi menyeramkan membuat Minokichi tidak bisa bergerak ataupun berkata-kata, sama seperti waktu itu.
Wanita salju
“Saya sudah pernah bilang bahwa kamu tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapapun. Kalau kamu menceritakannya, maka pada saat itu pula kamu akan mati.” ucap Oyuki yang sudah menjelma menjadi Wanita Salju.
“Saya ingin sekali membunuhmu.. Akan tetapi… Kita sudah memiliki anak, jadi saya tidak bisa melakukan ini. Karena itu, saya harus pergi. Sampai jumpa dan tolong jaga anak-anak kita…” ucap wanita salju lagi.
Seketika itu pula tubuh wanita salju itu perlahan-lahan menghilang. Kemudian muncul semacam awan putih dan cahaya berkilauan yang kemudian menghilang ke atas langit.
Melihat hal itu Minokichi pun berteriak dan memanggil nama Oyuki dengan sangat keras. Minokichi segera berlari keluar rumah dan terus memanggil-manggil nama Oyuki. Pada saat itu pula tiba-tiba saja turun salju lebat. Minokichi menyesal dan terus menerus memanggil nama Oyuki ditengah salju. Terlambat sudah… Oyuki sudah meninggal dan tidak pernah kembali…”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
jadi bagai mana menurut pembaca sekalian,apakah menarik?,memang ceritanya panjang sihh,hehe
"ketika kamu sudah berjanji kepada seseorang mengenai hal apapun itu, tepatilah janji tersebut. Termasuk janji untuk menjaga rahasia seseorang. Jagalah baik-baik dan simpan rahasia tersebut hanya untuk dirimu saja. Karena kita tidak akan pernah tau bahwa rahasia itu mungkin akan berdampak buruk bagi orang lain",itulah pesan moral menurut saya,bagaimana menurut pembaca?
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Orochimaru si ular,Tsunade si siput dan Jiraya sang Kodok dalam legenda

Jiraiya

Artikel inisial berisi tentang Jiraiya, seorang ninja yang Legenda Yang terdapat PADA cerita Jiraiya Goketsu Monogatari.

Jiraiya, dengan senjata berat, mengatasi Ular besar yang telah memangsa teman-temannya yang kodok.

Jiraiya  (児雷也- berarti "semangant Muda" atau guntur muda ), adalah tokoh-tokoh Utama Bahasa Dari cerita Legenda jepang, Jiraiya Goketsu Monogatari (児雷也豪杰物语, "Legenda Jiraiya si Pemberani"). Ia adalah seorang Ninja Yang Bisa mengubah wujudnya menjadi seekor Katak Besar. Jiraiya merupakan Suami Bahasa Dari Tsunade, seorang Wanita Muda Yang cantik Yang dapat mengubah bentuk tubuhnya menjadi seekor siput Besar. Musuh utamanya adalah seorang Mantan muridnya, Orochimaru, Yang memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk tubuhnya menjadi ular.   



Jiraiya Dalam, cerita FIKSI moderen
  • Novel detektif Karangan Akimitsu Takagi, The Tatoo Murder Case menggunakan Karakter Yang mewakili SIBOR Karakter Utama Dalam, cerita Jiraiya Goketsu Monogatari : Kinue Nomura (Orochimaru, si ular), saudaranya Tsunetaro (Jiraiya, si kodok) Dan kakaknya Tamae (Tsunade, si siput).   
  • Naruto, manga Dan anime yang lumayan tenar, menampilkan seorang ninja yang sakti Bernama Jiraiya Dan Tsunade, Yang bertempur Melawan Orochimaru, seorang ninja yang berubah menjadi Setan Yang. Dalam, Pertempuran, Tsunade Mampu memanggil siput berukuran Besar, Jiraiya memanggil kodok, sedangkan Orochimaru memanggil ular.
  • Dalam, permainan Tales of Phantasia, tokoh-tokoh Suzu Fujibayashi memiliki kemampuan Yang disebut "Jiraiya", Artikel Baru kemampuannya Suami besarbesaran Mampu memanggil seekor kodok Besar.
  • Dalam, Film tokusatsu The Magic Serpent , Jiraiya (dikenal juga Artikel Baru Nama Ikazuchi-Maru) diceritakan bertarung Artikel Baru musuh utamanya, Orochimaru, Wire color Kawat warna keduanya tewas. 



Orochimaru
 
Orochimaru  (大蛇丸), ditampilkan dalam cerita rakyat Jepang Jiraiya Gōketsu Monogatari , adalah musuh ninja Jiraiya. Dia pernah bernama Yashagorō (夜叉五郎) dan merupakan salah satu dari pengikut Jiraiya, namun ia dikalahkan oleh ular sihir. Setelah mengubah namanya menjadi "Orochimaru", ia mendapatkan kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi seekor ular raksasa. Dia menyerang Jiraiya dan Tsunade dan mengalahkan mereka dengan racun nya (hanya untuk pengikut lain untuk menyelamatkan nyawa pasangan sesudahnya). The kanji (大蛇, biasanya diucapkan daija ) secara harfiah berarti "ular raksasa" atau "ular".    

Pengaruh pada Fiksi
  • Dalam populer manga dan anime Naruto , karakter bernama Orochimaru adalah salah satu antagonis utama dari seri. Tsunade, Jiraiya, dan Orochimaru muncul sebagai tiga Ninja legendaris yang dikenal sebagai Sannin. Naruto 's Orochimaru bisa memanggil ular ke medan perang, sampai dengan dan termasuk monster Kaiju berukuran. Kemampuan memanggil ini didasarkan pada Orochimaru telah membentuk darah-kontrak dengan semua spesies ular. Jiraiya dan Tsunade juga bisa memanggil kodok dan siput (masing-masing), dan Orochimaru juga mampu berubah menjadi ular.  



Tsunade

Tsunade  (纲手), ditampilkan dalam cerita rakyat Jepang Jiraiya Gōketsu Monogatari (児雷也豪杰物语, "Kisah gagah Jiraiya"), adalah istri dari ninja Jiraiya. Dia menguasai siput sihir dan mampu memanggil siput besar atau berubah menjadi satu.  

Pengaruh pada Fiksi
  • Dalam populer manga dan anime Naruto, karakter bernama Tsunade adalah Hokage dari desa tempat tinggal Naruto. Tsunade, Jiraiya, dan Orochimaru muncul sebagai tiga Ninja legendaris yang dikenal sebagai Sannin. Naruto 's Tsunade bisa memanggil siput ke medan perang, sampai dengan dan termasuk monster Kaiju berukuran. Kemampuan memanggil ini didasarkan pada Tsunade telah membentuk darah-kontrak dengan semua spesies siput. Jiraiya dan Orochimaru juga bisa memanggil kodok dan ular (masing-masing), dan Orochimaru juga mampu berubah menjadi ular. 
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Kisah Putri Kaguya

Kaguya Hime
Judul asli: Kaguya-hime (Putri Kaguya) yang kemungkinan berasal dari Prefektur Shizuoka. Cerita ini sebenarnya sudah ada sejak Zaman Heian, yang ditulis dalam Taketori Monogatari (Kisah Penebang Bambu). Kisah ini sangat terkenal di Jepang dan banyak disukai anak-anak maupun orang dewasa.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Konon pada zaman dahulu kala hiduplah seorang kakek dan nenek yang miskin. Mereka hanya hidup berdua dan tidak mempunyai seorang anak pun. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah membuat keranjang dari bambu. Karena itu hampir setiap hari kakek pergi ke hutan untuk memotong beberapa batang bambu. Bambu itu kemudian dibelah untuk dijadikan bahan pembuat keranjang.

Kaguya-himeSuatu hari sang kakek sedang pergi ke hutan bambu untuk memotong bambu. Saat ia memilih-milih bambu, tiba-tiba ia melihat sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Pohon bambu tersebut seakan-akan meminta kakek agar segera menebangnya. Kakek pun memotong pohon bambu itu. Betapa terkejut hatinya setelah memotong sebuah bambu karena dari dalamnya muncul sinar keemasan. “Apa ini ya?” tanya kakek dalam hati. Lalu didekatinya batang bambu yang mengeluarkan sinar keemasan itu. Ternyata dari dalam batang bambu tersebut terdapat seorang bayi perempuan yang mungil. Dengan gembira kakek membawa bayi itu pulang ke rumah. Kakek dan nenek merawat bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Mereka menamakannya Kaguya.
Sejak saat itu setiap kali kakek ke hutan untuk memotong bambu, ia selalu menemukan sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Setelah dipotongnya ternyata batang bambu tersebut berisi uang emas. Dengan uang emas itu mereka tidak perlu lagi bekerja keras. Mereka hidup berkecukupan dalam membesarkan putri mereka.
Kaguya-hime2.jpgKaguya tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Rambutnya hitam bersinar, kulitnya kuning keemasan, dan wajahnya pun seakan-akan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Berita tentang kecantikannya tersiar ke seluruh penjuru negeri. Setiap hari datang berbagai macam pria yang ingin meminangnya. Tetapi sang putri selalu menolaknya. Suatu hari datanglah lima orang yang ingin meminang sang putri. Sang putri memberikan lima buah syarat yang sangat berat kepada mereka.
Pria pertama bertugas mencarikan mangkuk asli sang Budha yang dapat mengeluarkan cahaya kemilauan. Pria kedua bertugas mencarikan bunga Azaela emas dan perak seperti dalam legenda. Pria ketiga bertugas mencarikan tikus api dari China. Pria keempat bertugas mencarikan permata naga yang berwarna-warni. Sedangkan pria kelima bertugas mencarikan kerang laut burung walet.
Namun setelah ditunggu beberapa waktu lamanya, kelima pria itu datang dengan membawa benda-benda palsu semua. Pria pertama membawa mangkuk biasa yang tidak mengeluarkan sinar sama sekali. Pria kedua datang dengan membawa tanaman bunga Azaela dengan sepuhan emas dan perak. Pria ketiga membawakan tikus-tikus yang bulunya diwarna dengan pewarna merah. Pria keempat membawakan batu permata biasa. Sedangkan pria kelima juga hanya membawakan kerang yang ia temukan di pantai. Akhirnya kelima pria itu tidak satupun yang berhasil meminang sang putri. Mereka pulang ke negerinya masing-masing dengan kecewa.
Suatu hari di musim gugur, dengan mata berkaca-kaca sang putri menatap cahaya bulan di langit.
“Putriku, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya kakek dan nenek dengan khawatir.
“Kakek, Nenek, saat ini saya sedang sedih. Saya sebenarnya berasal dari negeri Bulan. Tanggal 15 bulan ini saya akan dijemput untuk kembali pulang ke negeri saya” kata sang putri dengan berlinang air mata.
Mendengar penjelasan sang putri, betapa sedih hati kakek dan nenek. Mereka tidak ingin kehilangan putrinya. Maka mereka melaporkan kepada penguasa daerah setempat agar mengirimkan pasukannya untuk menjaga sang putri.
Akhirnya, pada tanggal 15, ketika bulan sedang bersinar dengan terang, rumah sang putri dijaga oleh berpuluh-puluh samurai yang bersenjatakan panah dan tombak. Mereka berdiri di atap rumah dan sekeliling rumah sang putri. Ketika tepat tengah malam, tiba-tiba dari arah bulan purnama muncullah sebuah kereta yang bersinar terang. Saat pasukan panah sedang bersiap-siap mengarahkan anak panahnya ke atas, tiba-tiba cahaya menyilaukan terpancar dari kereta tersebut. Mata para samurai tidak bisa melihat dengan jelas. Pada saat itu seorang putri dari kereta tersebut turun dan menjemput Putri Kaguya dari dalam rumah.
Sebelum meninggalkan kakek dan neneknya, sang putri berpesan, “Kakek, Nenek! Jagalah kesehatan kalian. Terima kasih banyak atas kasih sayang kalian selama ini. Aku akan selalu merindukan kalian. Selamat tinggal!”
Putri Kaguya pun akhirnya terbang ke angkasa tanpa dapat dihalangi lagi. Kakek dan nenek sangat sedih melihat putri mereka satu-satunya meninggalkannya.