June 04, 2014

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Cara membentuk kalimat dalam bahasa Jepang


Cara membentuk kalimat dalam bahasa Jepang


Membentuk kalimat sederhana


Yang perlu di pahami dalam membuat kalimat dalam bahasa Jepang adalah memahami penggunaan pola kalimatnya.
Kita tahu dalam bahasa Indonesia pola pembentukan kalimatnya adalah S-P-O-K, sedangkan dalam bahasa Jepang menggunakan pola S-K-O-P (pasti pusing O_o)
Tentu saja pola ini sangat terbalik dengan penggunaan kalimat dalam bahasa Indonesia. Itulah yang menyebabkan banyak orang merasa sulit dalam membentuk kalimat dalam bahasa Jepang.



Disisni saya akan membahas bagaimana cara membuat kalimat sederhana dalam bahasa Jepang. Maka tahap yang di perlukan dalam membuat kalimatnya secara besar terbagi 3, yaitu :


1. Memahami pembentukan kalimat melalui pola umum
2. Memahami penggunaan pertikel dasar
3. Memahami penggunaan kata kerja dan perubahannya


Mari kita bahas itu satu persatu :


1. Memahami pola kalimat


Baiklah, perhatikan contoh penggunaannya di bawah ini :


Indo :
Saya (S)
Belajar (P)
Bahasa Jepang (O)
Di kamar (Ket)
Maka akan di bentuk : saya belajar bahasa jepang di kamar (SPOK)


Jepang :
Saya = watashi (S)
Belajar = benkyoushimasu (P)
Bahasa Jepang = nihongo (O)
Di kamar = heya de (Ket)
Maka akan di bentuk : saya, di kamar, bahasa Jepang, belajar (SKOP)
Diartikan dalam bahasa Jepang : watashi wa heya de nihongo o benkyoushimasu


Nah, maka yang perlu di perhatikan adalah kata kerjanya, jangan sesekali anda meletakkan kata kerja setelah Subjek jika dalam kalimat itu memiliki objek dan kata keterangan, (watashi wa benkyoushimasu nihongo desu) ini kesalahan besar.


Tapi predikat boleh di letakkan setelah subjek jika dalam kalimat itu tidak memiliki kata keterangan lain, seperti objek dan kata keterangan, (watashi wa benkyoushimasu = saya belajar) ini di benarkan karena dalam kalimat itu hanya terdiri dari subjek dan predikat saja.


Begitupun dengan penggunaan objek dan kata keterangan. Objek diikuti oleh partikel wo/o(tapi tidak selalu), diletakkan sebelum kata kerja utama, (ninongo o benkyoushimasu = belajar bahasa Jepang)


Sedangkan pada kata keterangan di letakkan sebelum objek dan partikelnya tidak pasti (mengikuti kata keterangan sebelumnya)
seperti :
di rumah = ue (ni)
dengan taksi = takushi (de)
dengan teman = tomodachi (to)
pada jam 3 = san ji (ni), dll


Sedangkan cara membentuk kalimat tanya (introgatif), hampir sama pemakaian polannya. Hanya ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan.
Yaitu ;
Kata kerjanya harus berbentuk kata kerja tanya(apakah),
menggunakan perubahan dari kata kerjanya dengan penambahan (ka) atau (desuka).


Misalnya :
Apakah kamu makan nasi? = anata wa gohan o tabemasu(ka)?
Apakah anda belajar? = anata wa benkyoushimasu(ka)?
Apakah kamu membeli buku? = anata wa hon o kaimashita(ka)?


Sedangkan penggunaan “desuka” pada :
Apabila dalam kalimat itu tidak terdapat kata kerja.


Misalnya :
Apakah kamu seorang siswa? = anata wa gakusei desuka?
Apakah kamu disini? = anata wa koko desuka?
Apakah disana toilet? = toire wa asoko desuka?


Siswa = gakusei
Disini = koko (ni)
Disana = asoko (ni)


Pembentukan kata “apakah” berasal dari penambahan (ka) pada kata kerja, saya pikir semua sudah tahu hal ini dan cukup mudah^^


Setelah kita memahami pola kalimat dasarnya, kita sudah bisa membentuk kalimat dalam bahasa Jepang dengan benar .


Coba buat kalimat di bawah ini dalam bahasa Jepang:
a. Saya makan nasi
b. Saya belajar di kelas
c. Saya membeli buku
d. Saya tidur
e. Saya pergi ke Jakarta dengan mobil
Saya = watashi (wa)
Nasi = gohan (wo)
Makan = tabemasu
Belajar = benkyoushimasu
Di kelas = kyoushitsu (ni)
Membeli = kaimasu
Buku = hon (o)
Tidur = nemasu
Pergi = ikimasu
Ke Jakarta = Jakaruta (e)
Dengan mobil = kuruma (de)



Nah, apabila anda sudah dapat membentuk kalimat dengan benar, mari kita belajar untuk memahami penggunaan partikel secara umum dalam bahasa Jepang. Doumo ^^ …


2. Penggunaan pertikel dasar


Menentukan partikel dalam bahasa Jepang sangat sulit dan rumit. Kita butuh banyak penghafalan kosa kata untuk menentukan partikel yang menguikutinya, karena partikel2 itu sudah ditentukan dengan kata yang mengikutinya tersebut.


Saya akan membahas beberapa partikel yang sering di pakai.


a. Partikel “wa”
Penggunaannya mengikuti Subjek pada sebuah kalimat .
Menunjukkan kata yang sebelumnya adalah berfungsi sebagai Subjek utama, dan merupakan pokok pelakunya.


Misal :
Saya tidur = watashi (wa) nemasu
Saya pergi = watashi (wa) ikimasu


(wa) disini menerangkan kalau (watashi) adalah subjeknya.


b. Partikel “wo”
Partikel ini sering di pakai untuk menerangkan bahwa kata sebelumnya adalah objek dalam sebuah kalimat. Dibaca “o”, hanya o, jelas? o! ^^


Misalnya :
Saya makan nasi = watashi wa gohan (o) tabemasu
Kamu menulis karangan = anata wa sakubun (o) kakimasu
Kami membeli televisi = watashitachi wa terebi (o) kaimasu


Karangan = sakubun
Menulis = kakimasu
Televisi = terebi (katakana)


c. Partikel “ni”
Penggunaannya sangat banyak. Pada, di, dalam, ke, untuk, kepada, dengan ,adalah beberapa arti dari partikel ini.Oke, saya akan membahasnya secara umum saja ya^^


Perhatikan contoh :
Saya makan di rumah = uchi (ni) tabemasu
Tidur di kamar = heya (ni) nemasu
Pergi pada jam 2 = 2 ji (ni) ikimasu
Dalam seminggu libur = isshukan (ni) yasumimasu
Bertanya kepada sensei = sensei (ni) shitsumonshiteimasu
Pergi ke Jepang = nihon (ni) ikimasu


Jadi, simpelnya saya jelaskan aja ya..


1. Partikel (ni) bisa di artikan [pada] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan waktu.
Misalnya ; hari minggu=nichiyoubi, hari jum’at=kinyoubi, jam 1=1 ji, jam 5=5 ji, bulan agutus=hachi gatsu, bulan januari=ichi gatsu, bulan oktober=juu gatsu, tanggal 20=hatsuka, tanggal 14=juuyokka, dll.


2. Partikel (ni) bisa di artikan [di] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan keterangan tempat.
Misalnya ; rumah=uchi, sekolah=gakko, departemen store=depaatoo, pasar=ichiba, perpustakaan=toshokan, kamar=heya, taman=kootei, dll


3. Partikel (ni) bisa diartikan [ke] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan keterangan tempat yang ingin dituju. Tapi sebenarnya partikel (e) bisa menggantikannya. Hanya saja tergantung pada kita untuk menggunakan (ni) atau (e)
Misalnya ; ke sekolah=gakko ni, ke Jepang=nihon ni, dll


4. Partikel (ni) bisa di artikan [kepada] apabila kata yang sebelumnya adalah kata2 yang berhubungan dengan objek yang berupa orang.
Misalnya ; kepada sensei=sensei ni, kepada ayah=chichi ni, kepada dia=kare ni, kepada mereka=anatatachi ni, dll


d. Partikel “to”
Pertikel ini dipakai untuk menghubungkan satu kata dengan kata lainnya yang memiliki makna “dan”. Hanya menghubungkan kata benda 1 dan kata benda 2 juga kata benda 3, dst. Bukan di gunakan untuk menghubungkan kata sifat dan kata kerja dan juga bukan untuk menghubungkan anatar 2 kalimat, tidak seperti bahasa Indonesia.


Misalnya :
Saya mempunyai pulpen dan pensil = watashi wa pen to enpitsu ga arimasu
Buku dan majalah = hon to zasshi
Mata dan telinga = me to mimi
Membeli yakitori dan ramen = ramen to yakitori o kaimasu
Apakah kamu punya kacamata, HP, tas dan dompet? = anata wa megane to denwa bango to kaban to saifu ga arimasuka?


Pulpen = pen (katakana)
Pensil = enpitsu
Majalah = zasshi
Mempunyai = ga arimasu
Kacamata = megane
HP = denwa bango
Tas = kabang
Dompet = saifu


e. Partikel “de”
Partikel ini dapat diartikan dengan [dengan] dan [ni].


Di artikan sebagai [di] yang di ikuti oleh kata keterangan tempat. Penggunaanya sama dengan partikel (ni).
Misalnya :
Di sekolah= gakko (de), di pasar=ichiba (de), di kamar=heya (de), dll


Perbedaan panggunaan partikel (ni) dengan partikel (de) adalah :


Partikel (de) menunjukkan tempat suatu kejadian terjadi,
Cth : saya belajar di kelas = watashi wa kyoushitsu (de) benktoushimasu


Sedangkan partikel (ni) menunjukkan tempat seseorang berada.
Cth : saya tinggal di Jakarta = watashi wa Jakaruta (ni) sundeimasu


Diartikan sebagai [dengan] apabila di ikuti oleh kata benda sebangai keterangan alat.
Misalnya :
Pergi dengan mobil = kuruma (de) ikimasu
Pulang dengan bus = bus (de) kaerimasu
Menulis dengan pulpen = pen (de) kakimasu



Okeh! setelah mengetahui tantang partikel, kita memasuki tahap terakhir dari membuat kalimat sederhana, yaitu mengenal kata kerja beserta perubahannya.


Dalam bahasa Jepang perubahan kata kerja mencapai 60-an bentuk dari satu kata kerja dasar, dari sopan sampai biasa. Waw!!.. 3 buah perubahan saja sulit, apalagi sampai sebanyak itu. . tapi tetap semangat ya^^ Gambare! Gambare!^^


3. Kata Kerja dan perubahannya


Kata kerja dalam bahasa Jepang sebelum berbentuk-masu, memiliki kata kerja bentuk dasar atau bentuk-u. Di tandai dengan akhiran(-u). Pada bentuk inilah dasar dari semua perubahannya.


Jika kita ingin mencari arti suatu kata kerja dalam kamus, maka carilah kata kerja dengan bentuk ini (-u). jangan pernah mencari dengan akhiran –masu, pasti tidak akan pernah ketemu^^. Ok , Mari kita bahas. Doumo^^ …


KK bentuk-u :
Terbagi 3 golongan;


gol 1 berbentuk akhiran (-u, -tsu, -ru, -bu, -nu, -su, -mu, -gu, -ku, )
cth :
a(u) = bertemu
ta(tsu) = bangun
kae(ru) = pulang
aso(bu) = bermain
shi(nu) = mati
hana(su) = berbicara
yo(mu) = membaca
oyo(gu) = berenang
o(ku) = meletakkan


gol 2 berbentuk akhiran (-eru dan -iru)
cth :
tab(eru) = makan
m(iru) =melihat


gol 3 berbentuk akhiran (-suru)
cth :
benkyou(suru) = belajar
shigoto(suru) = bekerja
(suru) = melakukan


Dalam membentuk kata kerja sopan, bentuk akhiran-u ini tidak bisa di pakai. Dalam membuat kalimat bahasa Jepang, kesopanan pembantukan kalimatnya sangat di perhatikan. Apalagi jika berbicara dengan orang yang baru dikenal atau yang lebih tua.


Maka dalam membentuk kalimat yang sopan, kita bisa mengubah kata kerja bentuk-u(dasar) menjadi kata kerja bentuk-masu(sopan).


Berikut perubahannya :
Gol 1 berbentuk akhiran (-u, -tsu, -ru, -bu, -nu, -su, -mu, -gu, -ku, )
cth :
Ganti akhiran(-u) → (i) + (masu)


a(u) = bertemu → a (u → i ) + masu = aimasu
ta(tsu) = bangun → ta (tsu → chi ) + masu = tachimasu
kae(ru) = pulang → kae (ru → ri ) + masu = kaerimasu
aso(bu) = bermain→ aso (bu → bi) +masu = asobimasu
shi(nu) = mati → shi (nu→ ni) + masu = shimasu
hana(su) = berbicara → hana (su→shi) + masu = hanashimasu
yo(mu) = membaca → yo (mu→ mi) + masu = yomimasu
oyo(gu) = berenang → oyo (gu→gi) + masu = oyogimasu
o(ku) = meletakkan → o (ku → ki) + masu = akimasu


Gol 2 berbentuk akhiran (-eru dan -iru)
hilangkan akhiran(-ru), kemudian tambahkan (+masu)
cth :
tab(eru) = makan → tabe + masu = tabemasu
m(iru) =melihat →mi + masu = mimasu


Gol 3 berbentuk akhiran (-suru)
Hilangkan akhiran(-suru) → (shi) + masu
Cth :
benkyou(suru) = belajar → benkyou (suru → shi) + masu = benkyoushimasu
shigoto(suru) = bekerja → shigoto( suru → shi) + masu = shigotoshimasu
(suru) = melakukan → (suru → shi) + masu = shimasu


Setelah mengetahui perubahannya, kita dapat membuat KK-u(dasar) menjadi KK-masu(sopan). Maka jika ingin membuat kalimat, pakailah KK-masu.


Mari kita berlatih membuat kalimat dengan sopan.
1. Saya bermain di halaman rumah
2. Ayah membaca koran di kantor
3. Adik makan sushi di rumah
4. Dia membeli buku dan tas
5. Hari ini saya pergi ke Bali
6. Besok saya pulang ke Indonesia
7. Ibu membeli makanan dan minuman di pasar
8. Aku menulis karangan untuk guru
Perhatikan pula penggunaan partikelnya. Ingat! KK-masu adalah kata kerja, jadi tidak perlu lagi menggunakan akhiran desu. Bentuk KK-masu/-masen/-mashita adalah bentuk sopan.




Halaman rumah = niwa
Kantor = kaisha
Koran = shinbun
Pasar = ichiba
Karangan = sakubun
Rumah = uchi / ie
Membeli = kau (1)
Bermain = asobu (1)
Membaca = yomu (1)
Pergi = iku (1)
Pulang = kaeru (1)
Makan = taberu (2)
Buku = hon
Tas = kaban
Hari ini = kyou
Besok = ashita
Bali = Bari (katakana)
Makanan = tabemono
Minuman = nomimono


Jika sudah berhasil membentuk kalimat dengan KK bentuk sopan, mari kita lihat lagi perubahan KK-u(dasar) menjadi KK-masen(negatif).
Mari perhatikan perubahannya^^


Perubahan KK-u menjadi KK-masen sangat mudah. Apabila kita telah mengetahui perubahan KK-masu, cukup ubah (masu → masen).
Cth :
(2)Tabemasu(makan) → tabemasen (tidak makan)
(3) benkyoushimasu (belajar) → benkyoushimasen (tidak belajar)
(3) samposhimasu (jalan-jalan) → sanposhimasen (tidak jalan-jalan)
(1) yomimasu (membaca ) → yomimasen (tidak membaca)
Dan KK lainya…


Jika sudah berhasil merubah KK-masu menjadi KK-masen, selanjutnya kita akan mempelajari perubahan KK-mashita (lampau).
Perubahannya sama saja, hanya yang perlu di perhatikan adalah : KK-u → KK-masu → KK-masen → KK-mashita.
Bisa langsung saja, (-masu → -mashita)
Cth :
(2) tabemasu(makan) → tabemashita (telah makan)
(2) mimasu (melihat) → mimashita (telah melihat)
(1) oyogimasu (berenang) → oyogimashita (telah berenang)
(3) benkyoushimasu (belajar) → benkyoushimashita (telah belajar)


Setelah mengetahui bentuk KK-mashita( lampau), kita dapat membuat kalimat dengan KK-masen deshita(negatif lampau). Bentuk ini adalah perpaduan Kata kerja menyangkal dan lampau / telah terjadi.


Perubahannya mengikuti KK-masen + deshita. Maka akan membentuk KK-masen deshita. Perhatikan contoh :
Mimasen deshita = tidak melihat (lampau)
Tabemasen deshita = tidak makan (lampau)
Ikimasen deshita = tidak pergi (lampau)
Yomimasen deshita = tidak membaca (lampau)
Dan lain2…


Baiklah cukup untuk perubahan KK bentuk sopan.




Untuk lebih memahami penerapannya, perhatikan contoh berikut.


Perhatikan contoh penggunaannya :
1. Yuube, watashi wa benkyoushimasu. → lampau
(tadi malam saya sudah belajar)
2. Kinou wa nihon e ikimasu. → lampau
(kemarin saya pergi ke Jepang)
3. Kesa wa gohan o tabemasen deshita. → negatif lampau
(tadi pagi saya tidak makan nasi)
4. Kyou, watashitachi wa kyoushitsu ni benkyoushimasen. → negatif
(hari ini kami tidak belajar di kelas)
5. Mainichi wa gakko e ikimasu. → positif
(setiap hari saya pergi ke sekolah)
6. Kinou, kanojo wa kouhi o nomimashita. →lampau
(kemarin dia(pr) minum kopi)
7. Mukashi, watashi wa seito deshita. → lampau
(dulu, saya seorang pelajar)
8. Watashi to tomodachi wa kyoushitsu ni imasen deshita. → negatif lampau
(saya dan teman ada tidak ada di kelas)
9. Kyou wa hon o yomimasen. → lampau
(hari ini saya tidak membaca buku(belum))

June 02, 2014

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Matsuri


Matsuri



Chichibuyo Matsuri


Kemeriahan pasar kaget (Hana Matsuri-Ayu Matsuri)


Kios-kios yang berjualan mainan ataumakanan sering ditemukan di festival-festival di Jepang

Matsuri (祭?) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk Kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut kunchi.

Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau kuil Buddha. Walaupun demikian, ada pula berbagai "matsuri" (festival) yang bersifat sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.

Garis besar

Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.

Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan mikoshi, dashi(danjiri) dan yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai chigo (anak kecil dalam prosesi), miko (gadis pelaksana ritual), tekomai (laki-laki berpakaian wanita), hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar malam beraneka makanan dan permainan.
Sejarah

Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る?, menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadapKami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.

Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.

Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.
Tiga matsuri terbesar
Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, Juli)
Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, Mei)
Daftar matsuri sejak zaman dulu
Daerah Tohoku
Nebuta Matsuri (Aomori, Agustus) dan Neputa Matsuri (kota Hirosaki, Agustus)
Kantō Matsuri (Akita, Agustus)
Sendai Tanabata Matsuri (Sendai, Agustus)
Daerah Kanto
Chichibuyo Matsuri (Chichibushi, Prefektur Saitama, 2-3 Desember)
Sanja Matsuri (Kuil Asakusa, Tokyo, Mei)
Sannō Matsuri (Kuil Hie, Tokyo, Juni)
Daerah Chubu
Owarafū no bon (Toyama, Prefektur Toyama, September)
Shikinenzōei Onbashira Daisai (kota Suwa, Prefektur Nagano, diadakan setiap 6 tahun sekali, terakhir diadakan pada April-Mei, 2004).
Takayama Matsuri (Takayama, Prefektur Gifu, April dan Oktober)
Furukawa Matsuri (Hida, Prefektur Gifu, April)
Daerah Kinki
Aoi Matsuri (Kyoto, Mei)
Jidai Matsuri (Heian-jingu, Kyoto, Oktober)
Tōdaiji Nigatsudō Shuni-e atau dikenal sebagai Omizutori (Nigetsu-dō, kuil Tōdai-ji, Nara, 12 Maret)
Kishiwada Danjiri Matsuri (Kishiwada, Prefektur Osaka, 14-15 September)
Nada no Kenka Matsuri dan Banshū no Aki Matsuri (Prefektur Hyogo, diselenggarakan lebih dari seratus jinja di daerah Banshū dengan pusat keramaian di kota Himeji, Oktober)
Nachi no Hi Matsuri (Nachi Katsuura, Prefektur Wakayama, Juli)
Aizen Matsuri, Tenjinmatsuri dan Sumiyoshi Matsuri yang dikenal sebagai "Tiga Festival Musim Panas Terbesar di Osaka" (Prefektur Osaka, Juni-Juli)
Daerah Chugoku dan Shikoku
Saidaiji Eyō (Okayama, Prefektur Okayama, Februari)
Awa Odori (Tokushima, Prefektur Tokushima, 12-15 Agustus)
Daerah Kyushu
Hakata Gion Yamakasa (Fukuoka, Prefektur Fukuoka, Juli)
Nagasaki Kunchi (Nagasaki, Prefektur Nagasaki, 7-9 Oktober)
Karatsu Kunchi (Karatsu, Prefektur Saga, November)
Pengertian lain

Dalam bahasa Jepang, kata matsuri juga berarti festival dan aksara kanji untuk matsuri (祭?) dapat dibaca sebagai sai, sehingga dikenal istilah seperti eiga-sai (festival film), sangyō-sai (festival hasilpanen), ongaku-sai (festival musik) dan daigaku-sai (festival di universitas), dan festival-festival lain yang bersifat sekuler.

Pemerintah daerah atau kelompok warga kota juga menyelenggarakan festival yang disebut shimin matsuri (festival rakyat). Festival ini diadakan untuk menghidupkan perekonomian daerah dan tidak berhubungan dengan institusi keagamaan.
Daftar festival di Jepang
Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, Februari)
Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, Februari)
Yosakoi Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, Juni)
Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan September)
Odawara Hōjō Godai Matsuri (Odawara, Prefektur Kanagawa)
Yosakoi Matsuri (Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
Hakata Dontaku (Fukuoka, 3-4 April)
Hamamatsu Matsuri (Hamamatsu, Prefektur Shizuoka, 3-5 Mei)
Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (Kitakyūshū, Prefektur Fukuoka, Sabtu minggu pertama bulan Agustus)
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Kabuki

Sejarah

Sejarah kabuki dimulai tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernamaOkuni di kuil Kitano Temmangu, Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuilIzumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni yang benar tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh ("kabukimono"), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde). Panggung yang dipakai waktu itu adalah panggung Noh.Hanamichi (honhanamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari Hashigakari(jalan keluar-masuk aktor Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).
Kesenian garda depan yang dibawakan Okuni mendadak sangat populer, sehingga bermunculan banyak sekali kelompok pertunjukan kabuki imitasi. Pertunjukan kabuki yang digelar sekelompokwanita penghibur disebut Onna-kabuki (kabuki wanita), sedangkan kabuki yang dibawakan remaja laki-laki disebut Wakashu-kabuki (kabuki remaja laki-laki). Keshogunan Tokugawa menilai pertunjukan kabuki yang dilakukan kelompok wanita penghibur sudah melanggar batas moral, sehingga di tahun 1629 kabuki wanita penghibur dilarang dipentaskan. Pertunjukan kabuki laki-laki daun muda juga dilarang pada tahun 1652 karena merupakan bentuk pelacuran terselubung. Pertunjukan Yarō kabuki (野郎歌舞伎 kabuki pria?) yang dibawakan seluruhnya oleh pria dewasa diciptakan sebagai reaksi atas dilarangnya Onna-kabuki dan Wakashu-kabuki. Aktor kabuki yang seluruhnya terdiri dari pria dewasa yang juga memainkan peran sebagai wanita melahirkan "konsep baru" dalam dunia estetika. Kesenian Yarō kabuki terus berkembang di zaman Edo dan berlanjut hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (kabuki tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara). Kabuki-odori dipertunjukkan dari masa kabuki masih dibawakan Okuni hingga di masa kepopuleran Wakashu-kabuki, remaja laki-laki menari diiringi lagu yang sedang populer dan konon ada yang disertai dengan akrobat. Selain itu, Kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan.
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditujukan untuk penduduk kota di zaman Edo dan berintikan sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo mewajibkan kelompok kabuki untuk "habis-habisan meniru kyōgen" merupakan salah satu sebab kabuki berubah menjadi pertunjukan sandiwara. Alasannya kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama merupakan pelacuran terselubung dan pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, cerita kehidupan sehari-hari atau kisah peristiwa kejahatan, sehingga kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen. Kelompok kabuki melakukan apa saja demi memuaskan minat rakyat yang haus hiburan. Kepopuleran kabuki menyebabkan kelompok kabuki bisa memiliki gedung teater khusus kabuki seperti Kabuki-za. Pertunjukan kabuki di gedung khusus memungkinkan pementasan berbagai cerita yang dulunya tidak mungkin dipentaskan.
Di gedung kabuki, cerita yang memerlukan penjelasan tentang berjalannya waktu ditandai dengan pergeseran layar sewaktu terjadi pergantian adegan. Selain itu, di gedung kabuki bisa dibangun bagian panggung bernama hanamichi yang berada melewati di sisi kiri deretan kursi penonton. Hanamichi dilewati aktor kabuki sewaktu muncul dan keluar dari panggung, sehingga dapat menampilan dimensi kedalaman. Kabuki juga berkembang sebagai pertunjukan tiga dimensi dengan berbagai teknik, seperti teknik Séri (bagian panggung yang bisa naik-turun yang memungkinkan aktor muncul perlahan-lahan dari bawah panggung), dan Chūzuri (teknik menggantung aktor dari langit-langit atas panggung untuk menambah dimensi pergerakan ke atas dan ke bawah seperti adegan hantu terbang).
Sampai pertengahan zaman Edo, Kabuki-kyogen kreasi baru banyak diciptakan di daerah Kamigata. Kabuki-kyogen banyak mengambil unsur cerita Ningyo Jōruri yang khas daerah Kamigata. Penulis kabuki asal Edo tidak cuma diam melihat perkembangan pesat kabuki di Kamigata. Tsuruya Namboku banyak menghasilkan banyak karya kreasi baru sekitar zaman zaman Bunka hinggazaman Bunsei. Penulis sandiwara kabuki Kawatake Mokuami juga baru menghasilkan karya-karya barunya di akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji. Sebagai hasilnya, Edo makin berperan sebagai kota budaya dibandingkan Kamigata mulai paruh kedua zaman Edo. Di zaman Edo, Kabuki-kyogen juga disebut sebagai sandiwara (shibai).

Unsur teatrikal Kabuki-kyōgen

Lukisan aktor kabuki di abad ke-18
Secara garis besar ada 2 jenis pertunjukan Kabuki-kyogen dari semua karya yang dihasilkan di zaman Edo dan sekarang masih dipentaskan. Kelompok pertama Kabuki-kyogen disebut Maruhon mono yang mengadaptasi sebagian besar cerita dari cerita Ningyo Jōruri (Bunraku). Kelompok kedua disebut Kabuki kreasi baru. Kabuki Maruhon mono juga dikenal sebagai Gidayu-kyōgen, tapi Gidayu-kyōgen tidak selalu sama dengan Maruhon mono. Pada Gidayu-kyōgen, aktor kabuki membawakan dialog sementara dari atas mawaributai (panggung yang bisa berputar, dari arah penonton terletak di sisi kanan panggung) penyanyi yang disebut Tayu bernyanyi sambil diiringi pemain shamisen yang memainkan musik Gidayu-bushi. Pada Ningyo Jōruri yang semua penjelasan cerita dan dialog dinyanyikan oleh Tayu. Pada kabuki kreasi baru, musik pengiring dimainkan dari Geza (tempat atau ruang untuk pemusik yang dari arah penonton terletak di sisi kiri panggung).
Cerita kabuki yang berasal dari didramatisasi kisah sejarah disebut Jidaimono. Cerita kabuki dengan kisah berlatar belakang kehidupan masyarakat disebut Sewamono. Selain itu, penulis cerita kabuki juga senang menggunakan istilah sekai (dunia) sebagai kerangka dasar cerita, misalnya karya kabuki berjudul Taiheiki no sekai (太平記の世界 Dunia Taiheiki?), Heike monogatari no sekai (平家物語の世界 Dunia Kisah klan Heike?), Sogamono no sekai (曾我物の世界 Dunia Sogamono?), atau Sumidagawamono no sekai (隅田川物の世界 Dunia Sumidagawamono?). Penonton biasanya sudah tahu jalan cerita dan akrab dengan tokoh-tokoh yang tampil dalam cerita. Penonton hanya ingin menikmati jalan cerita seperti yang dikisahkan penulis cerita kabuki.
Di zaman Edo, pementasan Kabuki-kyogen perlu mendapat izin dari instansi yang berwenang. Keshogunan Edo biasanya mengizinkan sebagian besar pementasan yang diadakan sejak matahari terbit hingga sebelum matahari terbenam asalkan materi pementasan tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Pementasan yang dilakukan malam hari sesudah matahari terbenam tidak diizinkan. Alasannya pertunjukan kabuki banyak diminati orang dan pemerintah kuatir kerumunan orang dapat melakukan kegiatan melawan pemerintah. Pertunjukan kabuki pada masa itu memerlukan waktu istirahat yang lama, antara lain untuk mengganti set panggung. Bagi penonton yang datang menyaksikan kabuki, menonton kabuki perlu sehari penuh dan merupakan satu-satunya kegiatan yang bisa dilakukan pada hari itu.
Sebagian penonton menyukai Jidaimono sedangkan sebagian lagi menyukai Sewamono, sehingga kabuki dalam pementasannya dituntut untuk bisa memuaskan selera semua kalangan penonton. Dalam usaha memuaskan selera penonton, pada pementasan kabuki sering dipertunjukkan dua cerita sekaligus, Jidaimono dan Sewamono yang dipisahkan dengan waktu istirahat. Pementasan dengan jalan cerita yang campur aduk juga tidak sedikit asalkan penonton senang. Ada juga pementasan yang bagaikan bunga rampai dari berbagai cerita dan hanya mengambil bagian-bagian cerita yang disukai penonton saja. Pertunjukan seperti ini disebut Midori-kyōgen (konon berasal dari kata Yoridori midori yang dalam bahasa Jepang berarti serbaneka atau aneka ragam). Sebaliknya kyogen yang mementaskan keseluruhan cerita secara lengkap disebut Tōshi-kyōgen.

Musik kabuki

Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut Gidayūbushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebutDebayashi.

Judul

Judul pertunjukan kabuki disebut Gedai (外題 ?) yang kemungkinan besar berasal dari kata Geidai(芸題 nama pertunjukan?). Judul pertunjukan (gedai) biasanya ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil, misalnya pertunjukan berjudul Musume dōjōji (娘道成寺 ?) (4 aksara kanji) harus ditambah dengan Kyōkanoko (京鹿子 ?) (3 aksara kanji) menjadi 京鹿子娘道成寺 (Kyōkanoko musume dōjōji?), supaya bisa menjadi judul yang terdiri dari 7 aksara kanji. Selain judul pertunjukan yang resmi, pertunjukan kabuki sering memiliki judul alias dan keduanya dianggap sebagai judul yang resmi. Pertunjukan berjudul resmi Miyakodori nagare no siranami (都鳥廓白波 ?) dikenal dengan judul lain Shinobu no Sōda (忍ぶの惣太 ?). Pertunjukan berjudul Hachiman matsuri yomiya no nigiwai (八幡祭小望月賑 ?) juga dikenal sebagai Chijimiya Shinsuke (縮屋新助 ?). Judul pertunjukan yang harus ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil menyebabkan judul sering ditulis dengan cara penulisanateji, akibatnya orang sering mendapat kesulitan membaca judul pertunjukan kabuki.

Istilah bahasa Jepang asal kabuki

Beberapa di antara istilah kabuki diserap ke dalam perbendaharaan kata bahasa Jepang, misalnya:
  • Sashigane
Di atas panggung bila perlu adegan yang melibatkan aktor kabuki mengejar kupu-kupu atau burung, pembantu yang disebut Kōken (asisten di panggung yang sering berpakaian hitam) memegangi tongkat panjang yang diujungnya terdapat kupu-kupu atau burung yang disebut Sashigane. Dalam bahasa Jepang, istilah "sashigane" digunakan dalam konotasi negatif "orang yang mengendalikan".
  • Kuromaku
Di panggung pertunjukan kabuki, malam dinyatakan dengan tirai (maku) berwarna hitam (kuro). Dalam bahasa Jepang, dalam istilah "sekai no kuromaku" (dunia tirai hitam) kata "kuro" (hitam) berubah arti menjadi "jahat". Dalam bahasa Jepang "kuromaku" berarti "dalang" seperti dalam arti "dalang kejahatan".

Sejarah kabuki sejak zaman Meiji

Kepopuleran kabuki tetap tidak tergoyahkan sejak zaman Meiji, tapi sering menerima kritik. Di antaranya kalangan intelektual menganggap isi cerita kabuki tidak sesuai untuk dipertunjukkan di negara orang beradab. Kalangan di dalam dan luar lingkungan kabuki juga menuntut pembaruan di dalam kabuki, sehingga mau tidak mau dunia showbiz kabuki harus diubah sesuai tuntutan zaman. Kritik terhadap kabuki mengatakan banyak unsur dalam kabuki yang sebenarnya tidak pantas dimasukkan ke dalam drama kabuki, misalnya: alur cerita yang tidak masuk akal, tema cerita yang kuno atau berbau feodal, dan trik panggung yang sekadar untuk membuat penonton takjub, seperti adegan aktor bisa "terbang" atau berganti kostum dalam sekejap.
Akibat kritik yang diterima, dunia showbiz kabuki sejak zaman Meiji berusaha mengadakan gerakan pembaruan dalam berbagai aspek teater kabuki. Gerakan pembaruan yang disebut Engeki Kairyō Undō juga melibatkan pemerintah Meiji yang memang bermaksud mengontrol pertunjukan kabuki. Pemerintah Meiji bercita-cita menciptakan pertunjukan teater yang pantas dan bisa dinikmati kalangan menengah dan kalangan atas suatu "masyarakat yang bermoral". Salah satu hasil gerakan pembaruan kabuki adalah dibukanya gedung Kabuki-za sebagai tempat pementasan kabuki. Selain itu, pembaruan juga melahirkan genre baru teater kabuki yang disebut Shimpa.
Karya kabuki yang diciptakan di tengah gerakan pembaruan disebut Shin-kabuki, dengan karya-karya baru banyak bermunculan hingga di awal zaman Showa. Penggemar kabuki biasanya tidak menyukai sebagian besar karya kabuki yang mendapat pengaruh gerakan pembaruan dan dipentaskan sebagai Shin-kabuki. Penggemar Shin-kabuki cuma penulis terkenal seperti Tsubouchi ShoyoOsanai Kaoru, dan Okamoto Kido yang begita suka hingga menulis naskah baru untuk kabuki. Sampai sekarang, karya-karya yang tergolong ke dalam Shin-kabuki yang tidak disukai penggemar hampir tidak pernah dipentaskan.
Setelah Perang Dunia II, orang Jepang akhirnya mulai menyadari pentingnya bentuk kesenian kabuki yang asli. Di tahun 1965, pemerintah Jepang menunjuk kabuki sebagai warisan agung budaya nonbendawi dan pemerintah membangun Teater Nasional Jepang di Tokyo yang di antaranya digunakan untuk pentas kabuki.
Selain itu, Ichikawa Ennosuke III berusaha menghidupkan kembali naskah-naskah kabuki lama yang sudah jarang dipentaskan. Naskah kabuki yang jarang dipentaskan dan dihidupkan kembali oleh Ichikawa Ennosuke III dikenal sebagai Fukkatsu-kyōgen (kyogen yang dihidupkan kembali). Kabuki yang dipentaskan Ichikawa Ennosuke III disebut Supa-kabuki (kabuki super), karena Ennosuke mencoba teknik pementasan lebih berani dengan menghidupkan kembali trik panggung (kérén) yang dulunya pernah dianggap selera rendah oleh banyak orang. Belakangan ini, pertunjukan kabuki juga sering menampilkan dramawan dan sutradara teater di luar lingkungan kabuki sebagai sutradara tamu.
Pementasan kabuki di zaman sekarang sudah sangat berbeda dengan pementasan kabuki di zaman Edo. Kelompok kabuki berusaha memodernisasi pertunjukan sekaligus memelihara tradisi pementasan. Kabuki sekarang sudah dianggap sebagai seni pertunjukan tradisional yang sesuai dengan kemajuan zaman.

Asosiasi

Organisasi Pelestarian Kabuki Tradisional (Dentō Kabuki Hōzonkai) beranggotakan tokoh-tokoh dari dari dunia kabuki. Pemerintah Jepang menunjuk organisasi sebagai pelestari Karya Agung Warisan Budaya Oral serta Nonbendawi Manusia kabuki sejak tahun 1965. Pada bulan Januari 2006, organisasi beranggotakan 169 orang.
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Tips Mudah Belajar Kanji


Kamis, 10 Maret 2011

Tips Belajar Kanji

Di Jepang ada tiga macam huruf yang dipakai, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Semuanya dipakai. Di Koran-koran jepang kamu akan menemukan kanji, hiragana, dan juga katakana. Dari ketiga jenis huruf ini, yang paling susah dan paling banyak jumlahnya adalah kanji. Jumlahnya bisa ribuan. Lalu, bagaimana cara mudah untuk menghafalnya? Tidak mungkin kita mahir seketika. Saya sendiri baru menghafal beberapa ratus kanji saja, tapi itu cukup menyenangkan
Berikut ini cara saya mempelajari kanji:

 Carilah kanji untuk kata-kata yang sering dipakai dalam percakapan, benda-benda yang ada di sekitar kita atau yang ingin kamu ketahui kanjinya. Misalnya kanji untuk watashi (saya) kimi(kamu), sora (langit) warau (tertawa) 笑う …dsb. Jika kamu seorang pegawai pajak, mungkin kamu akan tertarik untuk mengetahui kanji untuk zeikin (pajak) 税金zeimushokan 税務官 (pegawai pajak), atau zeimusho 税務 (kantor pajak).

Di mana mencarinya? Tidak perlu beli buku kanji dulu. Paling gampang adalah kamus, tentunya yang ada tulisan jepangnya. Selain itu, kamu juga bisa menambah kosakata. Mungkin secara tidak sengaja kamu menemukan kata yang menurutmu menarik.

Cobalah untuk menuliskannya. Sebagai pemula, tidak perlu mempedulikan urutan menulisnya dulu. Dikira-kira saja dari tebal-tipis coretannya. Kesalahan dalam belajar adalah hal lumrah. Kalau kamu sudah merasa ingin menulis dengan urutan yang benar, silakan mencari buku atau tutorial yang menerangkan hal itu atau belajar dengan temanmu yang sudah ahli. Walaupun terlihat sepele, stroke (coretan) adalah factor penting benar tidaknya kanji yang kita tulis.

 Kalau kamu sudah bisa membuat kalimat dalam romaji, cobalah untuk menulisnya dalam kanji. Cara ini cukup efektif karena nantinya kamu akan tahu bagaimana kanji itu digunakan dalam gabungan sebuah kata. Inilah tujuan sebenarnya kita belajar kanji.

Tidak perlu waktu khusus untuk belajar bahasa. Bisa di mana saja. Di jalan, di kereta, di bis, di restoran, atau di kampus. Kalau paz lagi dengerin dosen yang monoton, kamu bisa nyuri-nyuri latihan nulis di buku catatanmu. Itung-itung mengobati kejenuhan…hehe.

Kanji-kanji yang kompleks biasanya terbentuk dari gabungan beberapa kanji dasar. Dan biasanya artinya tidak jauh dari kanji-kanji yang membentuknya.

 Buatlah list untuk setiap kanji yang sudah kamu hafal. Gunanya untuk mengetes di kemudian hari. Kalau lupa tinggal melihat daftar itu saja, tidak susah-susah membolak-balik kamus lagi. Selain itu ada cara lain untuk menguji kemampuan membaca kanji yang lebih menyenangkan. Bagi kamu yang suka nonton anime, bisanya di opening soundtracknya ada lyric di bawahnya kan, nah coba saja dari situ. Yang menguntungkan dari lirik lagu adalah kosakatanya yang bisa kita temukan di hampir setiap lirik lagu-lagu yang lain.

Ketika sudah ada ketertarikan, kamu akan menemukan sendiri metode selanjutnya yang lebih pas buat kamu. Yang paling penting adalah jangan merasa terbebani. Kuncinya adalah melakukannya dengan cara yang menyenangkan.
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Partikel Dasar pengucapan bahasa Jepang

Kata penghubung dalam pelajaran bahasa jepang sering di sebut dengan partikel. Semua partikel dalam bahasa jepang mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah kalimat, bila keliru menggunakannya arti dari kalimat itu pun akan berubah.
Partikel 
Untuk kalimat positif
·Kt. benda 1  Kt.benda 2 です。
Kata benda 1 adalah subjek dan kata benda 2 adalah objek yang selalu terletak setelah kata benda 1.
Kata benda 2 adalah penjelasan kata benda 1.
Contoh :
れい :
1. 私 は インドネシア 人 です。
 わたし は いんどねしあ じん です。
 saya adalah orang indonesia.
2. 彼 は 医者 です。
 かれ は いしゃ です。
 dia ( laki-laki ) adalah seorang dokter.
3. 彼女 は 先生 です。
 かのじょ は せんせい です。
 dia ( wanita ) adalah seorang guru.
Untuk kalimat negatif
·Kt. benda 1 は Kt. benda 2 では ありません。
では ありません mempunyai arti bukan .
では ありません di gunakan untuk menyangkal, tapi orang jepang juga sering menggunakanじゃ ありません sebagai kata lain dari では ありません.
Jadi, jangan kaget bila orang tua jepang mengucapkan じゃ ありません karena artinya sama dengan では ありません yaitu bukan.
Kt. benda 2 selalu terletak di belakang kt. benda 1.
Contoh :
れい :
1. 私 は 日本人 では ありません。
 watashi wa nihon jin dewa arimasen .
saya bukan orang jepang.
2. 彼 は 医者 では ありません。
 kare wa isya dewa arimasen.
dia bukan seorang dokter.
3. 母 は 先生 では ありません。
 haha wa sensei dewa arimasen.
ibu saya bukan seorang guru.
Untuk kalimat tanya.
Rumus 1
·Kt. benda 1 は kt. benda 2 ですか。
Apakah ...kt. benda 1... adalah ...kt. benda 2 ...?
Yang membedakan antara kalimat positif dengan kalimat tanya adalah akhir dari kalimat itu. di mana kalimat tanya selalu berakhir dengan ~ですか.
Contoh :
れい :
1. あなた は 研修生 ですか。
anata wa kensyusei desuka.
apakah anda adalah seorang siswa pelatihan
(+) はい、 研修生 です。 
hai, kensyusei desu.
ya, seorang siswa pelatihan.
(-) いええ、 研修生 じゃ ありません。 
   iee, kensyusei jya arimasen.
bukan, saya bukan siswa pelatihan.
semua kalimat bahasa jepang yang hanya berakhiran ですか saja tanpa di awali dengan kata tanya selalu di jawab dengan はい ( iya ) atau いええ ( tidak )
lain halnya dengan kalimat tanya yang di dalamnya mengandung kata tanya. seperti rumus di bawah ini.
Rumus 2
·subyek は kt. tanya ですか。
`
contoh kata tanya :
だれ  siapa?
どこ  dimana ?
おいくつ atau なんさい  :      berapa umurnya?
(pemakaian nansai digunakan untuk orang yang sudah lama dikenal)
contoh :
れい :
1. おなまえ は なん ですか。
O namae wa nan desuka.
Namanya siapa?
2. あなた は どこ に 住んで いますか。
  Anata wa doko ni sunde imasuka.
Anda tinggal di mana ?
3. あなた は おいくつ ですか。
   Anata wa oikutsu desuka.
Berapakah umur anda ?
Pertanyaan di atas tidaklah perlu di jawab dengan はい atau いええ, tapi cukup dengan inti jawabannya saja.
1. おなまえ は なん ですか。
  onamae wa nan desuka
namanya siapa ?
 スゲスティ です。
  sugesti desu.
sugesti.
Partikel ( mo )
·Kt. Benda 1 も kt. benda 2  です。
も ( mo ) di sini mempunyai arti juga .
Contoh :
れい :
1. 私 も 日本人 です。
  Watashi mo nihonjin desu.
Saya juga orang jepang.
2. あなた も 医者 ですか。
  Anata mo isya desuka.
Apakah anda juga seorang dokter?
3. あなた も 自転車 で 行きますか
   Anata mo jitensha de ikimasuka.
Apakah kamu juga pergi dengan bersepeda.
Partikel  ( no )
· Kt. benda 1  Kt. benda 2
Fungsi dari partikel  ini yaitu kata benda 1 adalah penjelasan dari kata benda 2. Dengan kata lain kata benda 2 adalah inti dari kalimat tersebut.
Contoh :
れい :
1. 私 は 東京 の 警察 です。
   Watashi wa toukyou no keisatsu desu.
Saya adalah polisi tokyo.
2. 私 の かばん です。
   Watashi no kaban desu.
Tas saya.
3. 人形 の 美術館 です。
Ningyou no bijutsukan desu.
Museum boneka.
Partikel  ( no ) juga berfungsi untuk menyatakan kepunyaan.
Contoh :
れい :
1. この かばん は 誰 の ですか。
  kono kaban wa dare no desuka.
Tas ini punya siapa ?
 その かばん は 私 の です。
  sono kaban wa watashi no desu.
Tas itu punya saya.
Dan Partikel  juga dapat berarti buatan bila berhubungan langsung dengan nama-nama suatu perusahaan atau nama negara.
Contoh :
れい :
1. この 車 は 日本 の です。
kono kuruma wa nihon no desu.
Mobil ini adalah buatan jepang.